assalamu'alaykum
akhirnya dapet inspirasi, walau harus menempuh perjalanan panjang dulu dan mengalami pengalaman yg tidak menyenangkan, yah tau sendiri sumber tulisan blog gw hampir semuanya adalah experience-based atau based on true story, dan tulisan ini adalah tribute to my beloved uncle.. woke langsung saja..
hari kamis kemaren, tanggal 12 november 2009 adalah salah satu hari tersedih gw karena paginya, gw mendapat kabar dari ibu gw klo paman gw (sebenernya sebutan paman salah sih, soalnya kakak dari ibu gw, di minang namanya mamak), yg juga guru silat harimau gw (nonton pelem "merantau"? gini-gini gw belajar silat juga loh) ternyata telah wafat, innalillahi wa inna ilaihi raji'un, semoga amal ibadah beliau diterima dan ditempatkan yg terbaik di sisi-Nya, amin. setelah itu, dimulailah salah satu perjalanan panjang gw bolak-balik bandung-jakarta-cengkareng-padang-sijunjung (sijunjung itu nama kabupaten tempat nagari gw, dulu namanya sawahlunto) pulang pergi, ya mau ngapain lagi selain pulang kampung melayat, takziah, dan mendoakan beliau disana langsung. dari kamis jam 4 sore, itung aja gw bolak balik pulang pergi 2 kali: bandung-jakarta 2 jam, jakarta-cengkareng (disitu bandara, apa lagi) 1/2 jam, cengkareng-padang 2 jam, dan padang-sijunjung 2 jam (jarak padang-sijunjung 100an km). yah itung sendiri lah gw berapa jam lamanya abis cuma di jalan. sampe ke bandung lagi baru minggu malemnya. what a trip and these busy days.. gw jadi bisa merasakan apa yg kebanyakan orang-orang di jakarta rasakan, hidup yg abis dan lama di jalan.. tapi apa mau dikata, bagi gw itu dah konsekuensi dan kewajiban sebagai seorang keluarga (gw dan beliau satu suku pastinya) walau letaknya jauh di pulau seberang sana..
ketika gw berada di sana, gw jadi teringat sejarah nagari gw yg pernah diceritain sama bapak gw. yah gw ceritain dikit lah tentang nagari gw (klo gak mau baca sok di-skip ajah sampe paragraf selanjutnya, bakal panjang ini hag2). klo di jakarta atau bandung kumpulan RT membentuk RW dan kumpulan RW membentuk kelurahan, di sumatra barat kumpulan desa (jorong) membentuk nagari. jadi nagari itu setingkat sama kelurahan. klo nagari gw, terletak di kabupaten "sijunjung" dan kecamatan "4 nagari". kenapa namanya "4 nagari", karena kecamatan ini terdiri dari 4 nagari, yaitu nagari gw yg namanya "palangki", "padang sibusuk", "koto tuo", dan "muaro bodi". "palangki", nagari gw, terletak di pinggir jalan lintas sumatra, di kaki barisan bukit dan gunung dan dilewati oleh sungai "batangair". Terdiri dari 4 jorong, yaitu jorong gw jorong "pantai cermin", jorong "tambang ameh", jorong "ranah tibarau", dan jorong "tanjung udani". trus "palangki" terdiri dari 4 suku (clan, tribe) besar utama dan 7 suku minor-pendatang. 4 suku besar itu nama-namanya "patopang lado", "patopang gadang", "melayu", dan "caniago". sedangkan 7 suku minor-pendatang itu ada "kalumpang", "katianyir", "gontiang", "mandahiliang", ngg.. sisanya gw lupa (jangan tanya gw kenapa nama-nama sukunya kek gitu). tiap suku pastinya matrilineal (garis keturunan dari ibu). jadi jelas gw, ibu gw, kakak-kakak gw, ama paman gw ini satu suku. suku gw kebeneran "patopang lado", one of the major clan in the village, dan suku bapak gw "patopang gadang", juga major clan. tiap suku punya struktur yg sama, punya peraturan kurang lebih sama, dan punya satu rumah gadang (bagonjong) yang luas sebagai tempat aula berkumpul "ninik-mamak" dan "orang tuo-tuo" (sebutan untuk para petinggi suku). peraturan yg paling utama jelas jangan menikahi suku yg sama. ntar dapet karma kata mereka. struktur suku terdiri dari 4 petinggi suku (gw heran sebenernya, banyak banget angka 4 disini..), yaitu dari yg paling tinggi ke rendah, "penghulu" (kepala suku), "lubalang" (wakil dan sejenis senat suku), "pandito" (pemuka agama suku), dan "monti" (sejenis event organizer suku lah). kebeneran bapak gw adalah "penghulu" sukunya. biasanya 4 petinggi suku ini diberi gelar "datuak xxx" sesuai nama atau ciri khas yg dimiliki oleh si petinggi.
nah, khusus untuk 4 suku besar, diatas 4 petinggi suku itu ada jabatan kehormatan, istilahnya guru besar atau profesor lah. jabatan kehormatan ini dulunya adalah orang-orang leluhur yg membangun pertama kali nagari "palangki". gak ada namanya, langsung gelar "datuak", yg bedanya gelar "datuak" disini diwariskan turun-temurun. kerennya adalah gak semua generasi suku bisa dapet jabatan ini, karena jelas ini adalah gelar grandmaster yg pemilihannya pun ketat dan gak sembarangan, dilihat dari prosesinya yg harus melibatkan seluruh petinggi dan masyarakat suku. 4 jabatan kehormatan itu ialah "datuak rajo mudo" untuk suku gw "patopang lado", "datuak penghulu bose" untuk suku bapak gw "patopang gadang", "datuak magek kanamaan" untuk suku "melayu", dan "datuak rajo palembang" untuk suku "caniago". dan, lagi-lagi kebeneran, bapak gw juga kepilih jadi grandmaster sukunya melanjutkan kakek bapak gw yg menjabat sebelumnya. yg jadi masalah saat ini adalah ternyata sepeninggal buyut dari nenek gw (ibunya ibu gw, nah pusing dah), grandmaster suku gw belom ada yg nerusin. sempat dan dah banyak calon, tetapi ternyata para "ninik-mamak" dan "orang tuo-tuo" suku gw gak berhasil mencapai kata mufakat (cih gaya). jadi grandmaster suku gw sampe saat ini dah 4 generasi kosong (lagi-lagi angka 4), walau bukan jabatan yg diperebutkan juga sih. dan juga gw pun belom melihat esensi dari adanya grandmaster ini, karena organisasi suku dah ditangani oleh 4 petinggi suku tadi. nah, latar belakang inilah yg memunculkan masalah pada gw, yaitu..
sekedar info, sistem matrilineal di nagari ternyata bukan cuma garis keturunan suku jatoh dari ibu, tapi juga warisan yg ditinggalkan menjadi milik anak perempuan (karena jelas akan mewariskan garis keturunan suku juga) dan tanggung jawab untuk menjaga (menjaga disini adalah mempertahankan jangan sampe terbuang sia-sia atau dijual) warisan itu menjadi kewajiban anak laki-laki. jadi, warisan turun-temurun leluhur gw yg sekarang sedang dimiliki oleh ibu gw (dan nanti akan berlanjut menjadi pewaris yaitu kakak gw yg perempuan, lalu anak perempuan kakak perempuan gw --keponakan gw--), berdasarkan sistem, berarti dijaga oleh paman (mamak) gw ini, karena beliau adalah kakak dari ibu gw. nah, ternyata sistem "penjagaan" ini juga turun-temurun. jadinya, sepeninggal mamak gw ini, nantinya (mungkin sekarang) tugas itu dah harus diemban oleh "penjaga" berikutnya, yg karena pewaris berikutnya adalah kakak perempuan gw, berarti tugas ini otomatis jatoh ke kakak gw yg laki atau gw, sebagai anak laki-laki. dan karena kakak gw yg laki gak ikut pulang kampung kemaren, gw secara aklamasi dan de facto (walau belom resmi) dipilih untuk itu. that's the first problem. lalu, karena laki-laki di suku gw kebeneran lagi ternyata sedikit, dari dulu gw dan kakak cowo gw dah dinobatkan jadi kandidat salah satu dari 4 petinggi suku. waktu itu kakak gw jadi calon "penghulu", dan gw di bawahnya jadi calon "lubalang" atau calon "pandito". nah, kemaren waktu gw pulkam ini disinggung-singgung lagi nih (sial, gw kira mereka dah pada lupa). nah, disinilah masalah kedua berasal..
kata "ninik-mamak" suku gw ini, biar terorganisasi dan sering pulkam, ternyata.. gw dan kakak gw sebaiknya.. BERISTRI URANG AWAK. ngerti lah ya maksudnya. ah lagi-lagi tipikal nih cerita gw tentang istri-istrian hag2. trus kata mereka gak usah repot, ntar dicariin. hell.. what a kindness they have.. nah, ternyata ditambah karena kakak gw yg laki ini ternyata dah kerja di jakarta dan kepincut sama cewe jakarta yg klean tau lah resikonya bakal susah ntar sering dibawa pulkam, akhirnya gw menjadi the only one. dan gak hanya itu, gw juga dijadiin kandidat grandmaster! sang "datuak rajo mudo"! sang leluhur pembangun nagari! gile aja gw kata, cem gak ada calon laen aja. bisa ancur nagari gw klo gw yg kepilih hag2. bawahan cem "lubalang" ato "pandito" aja dah berat gw, apalagi jabatan legenda itu. balik soal "pencarian istri", ternyata, gilanya lagi, mereka dah punya "stok" yg bakal dicalonin buat gw. antara senang dan gak juga sih. sok laku banget gw. yah gw pastinya bisa lah nolak semua itu, tentang jadi petinggi dan tentang dijodohin (tenang aja para akhwat, gw masih available kok hag2). soalnya mereka bilang kan SEBAIKNYA, walau agak maksa keknya sih hag2. untungnya bukan KEHARUSAN. trus yg bikin kaget, salah satu calon yg mereka sebut ternyata dah lama gw kenal dan kekerabatan yg lumayan deket. guess who, dia itu sepupu jauh gw, anak dari sepupunya bapak gw (tuh bingung dah), yg selama ini gw kira sesuku ternyata gak, sesukunya sama bapak gw. gw tebak sih dia gak tau dan gw rasa gak peduli juga, secara gw juga gak bakal eager untuk kasih tau kok hag2. yah liat nasib gw dolo lah, gimana pekerjaan, gimana pencarian istri yg lain, dan gimana mozaik-mozaik kehidupan gw yg lain.. biarkan Sang Penunjuk Jalan memberikan alternatif jalan-Nya ke gw..
wugh panjang juga yah, makasih bet dah buat yg dah baca, apalagi nyampe sini semuanya hag2. yah itulah sekelumit kisah tentang nagari yg gw banggakan, "palangki". gw rasa wikipedia pun kalah untuk ini hag2. i'm proud to be one amongst them, and amongst my clan, the mighty patopang lado (halah gaya hag2)
wassalamu'alaykum
akhirnya dapet inspirasi, walau harus menempuh perjalanan panjang dulu dan mengalami pengalaman yg tidak menyenangkan, yah tau sendiri sumber tulisan blog gw hampir semuanya adalah experience-based atau based on true story, dan tulisan ini adalah tribute to my beloved uncle.. woke langsung saja..
hari kamis kemaren, tanggal 12 november 2009 adalah salah satu hari tersedih gw karena paginya, gw mendapat kabar dari ibu gw klo paman gw (sebenernya sebutan paman salah sih, soalnya kakak dari ibu gw, di minang namanya mamak), yg juga guru silat harimau gw (nonton pelem "merantau"? gini-gini gw belajar silat juga loh) ternyata telah wafat, innalillahi wa inna ilaihi raji'un, semoga amal ibadah beliau diterima dan ditempatkan yg terbaik di sisi-Nya, amin. setelah itu, dimulailah salah satu perjalanan panjang gw bolak-balik bandung-jakarta-cengkareng-padang-sijunjung (sijunjung itu nama kabupaten tempat nagari gw, dulu namanya sawahlunto) pulang pergi, ya mau ngapain lagi selain pulang kampung melayat, takziah, dan mendoakan beliau disana langsung. dari kamis jam 4 sore, itung aja gw bolak balik pulang pergi 2 kali: bandung-jakarta 2 jam, jakarta-cengkareng (disitu bandara, apa lagi) 1/2 jam, cengkareng-padang 2 jam, dan padang-sijunjung 2 jam (jarak padang-sijunjung 100an km). yah itung sendiri lah gw berapa jam lamanya abis cuma di jalan. sampe ke bandung lagi baru minggu malemnya. what a trip and these busy days.. gw jadi bisa merasakan apa yg kebanyakan orang-orang di jakarta rasakan, hidup yg abis dan lama di jalan.. tapi apa mau dikata, bagi gw itu dah konsekuensi dan kewajiban sebagai seorang keluarga (gw dan beliau satu suku pastinya) walau letaknya jauh di pulau seberang sana..
ketika gw berada di sana, gw jadi teringat sejarah nagari gw yg pernah diceritain sama bapak gw. yah gw ceritain dikit lah tentang nagari gw (klo gak mau baca sok di-skip ajah sampe paragraf selanjutnya, bakal panjang ini hag2). klo di jakarta atau bandung kumpulan RT membentuk RW dan kumpulan RW membentuk kelurahan, di sumatra barat kumpulan desa (jorong) membentuk nagari. jadi nagari itu setingkat sama kelurahan. klo nagari gw, terletak di kabupaten "sijunjung" dan kecamatan "4 nagari". kenapa namanya "4 nagari", karena kecamatan ini terdiri dari 4 nagari, yaitu nagari gw yg namanya "palangki", "padang sibusuk", "koto tuo", dan "muaro bodi". "palangki", nagari gw, terletak di pinggir jalan lintas sumatra, di kaki barisan bukit dan gunung dan dilewati oleh sungai "batangair". Terdiri dari 4 jorong, yaitu jorong gw jorong "pantai cermin", jorong "tambang ameh", jorong "ranah tibarau", dan jorong "tanjung udani". trus "palangki" terdiri dari 4 suku (clan, tribe) besar utama dan 7 suku minor-pendatang. 4 suku besar itu nama-namanya "patopang lado", "patopang gadang", "melayu", dan "caniago". sedangkan 7 suku minor-pendatang itu ada "kalumpang", "katianyir", "gontiang", "mandahiliang", ngg.. sisanya gw lupa (jangan tanya gw kenapa nama-nama sukunya kek gitu). tiap suku pastinya matrilineal (garis keturunan dari ibu). jadi jelas gw, ibu gw, kakak-kakak gw, ama paman gw ini satu suku. suku gw kebeneran "patopang lado", one of the major clan in the village, dan suku bapak gw "patopang gadang", juga major clan. tiap suku punya struktur yg sama, punya peraturan kurang lebih sama, dan punya satu rumah gadang (bagonjong) yang luas sebagai tempat aula berkumpul "ninik-mamak" dan "orang tuo-tuo" (sebutan untuk para petinggi suku). peraturan yg paling utama jelas jangan menikahi suku yg sama. ntar dapet karma kata mereka. struktur suku terdiri dari 4 petinggi suku (gw heran sebenernya, banyak banget angka 4 disini..), yaitu dari yg paling tinggi ke rendah, "penghulu" (kepala suku), "lubalang" (wakil dan sejenis senat suku), "pandito" (pemuka agama suku), dan "monti" (sejenis event organizer suku lah). kebeneran bapak gw adalah "penghulu" sukunya. biasanya 4 petinggi suku ini diberi gelar "datuak xxx" sesuai nama atau ciri khas yg dimiliki oleh si petinggi.
nah, khusus untuk 4 suku besar, diatas 4 petinggi suku itu ada jabatan kehormatan, istilahnya guru besar atau profesor lah. jabatan kehormatan ini dulunya adalah orang-orang leluhur yg membangun pertama kali nagari "palangki". gak ada namanya, langsung gelar "datuak", yg bedanya gelar "datuak" disini diwariskan turun-temurun. kerennya adalah gak semua generasi suku bisa dapet jabatan ini, karena jelas ini adalah gelar grandmaster yg pemilihannya pun ketat dan gak sembarangan, dilihat dari prosesinya yg harus melibatkan seluruh petinggi dan masyarakat suku. 4 jabatan kehormatan itu ialah "datuak rajo mudo" untuk suku gw "patopang lado", "datuak penghulu bose" untuk suku bapak gw "patopang gadang", "datuak magek kanamaan" untuk suku "melayu", dan "datuak rajo palembang" untuk suku "caniago". dan, lagi-lagi kebeneran, bapak gw juga kepilih jadi grandmaster sukunya melanjutkan kakek bapak gw yg menjabat sebelumnya. yg jadi masalah saat ini adalah ternyata sepeninggal buyut dari nenek gw (ibunya ibu gw, nah pusing dah), grandmaster suku gw belom ada yg nerusin. sempat dan dah banyak calon, tetapi ternyata para "ninik-mamak" dan "orang tuo-tuo" suku gw gak berhasil mencapai kata mufakat (cih gaya). jadi grandmaster suku gw sampe saat ini dah 4 generasi kosong (lagi-lagi angka 4), walau bukan jabatan yg diperebutkan juga sih. dan juga gw pun belom melihat esensi dari adanya grandmaster ini, karena organisasi suku dah ditangani oleh 4 petinggi suku tadi. nah, latar belakang inilah yg memunculkan masalah pada gw, yaitu..
sekedar info, sistem matrilineal di nagari ternyata bukan cuma garis keturunan suku jatoh dari ibu, tapi juga warisan yg ditinggalkan menjadi milik anak perempuan (karena jelas akan mewariskan garis keturunan suku juga) dan tanggung jawab untuk menjaga (menjaga disini adalah mempertahankan jangan sampe terbuang sia-sia atau dijual) warisan itu menjadi kewajiban anak laki-laki. jadi, warisan turun-temurun leluhur gw yg sekarang sedang dimiliki oleh ibu gw (dan nanti akan berlanjut menjadi pewaris yaitu kakak gw yg perempuan, lalu anak perempuan kakak perempuan gw --keponakan gw--), berdasarkan sistem, berarti dijaga oleh paman (mamak) gw ini, karena beliau adalah kakak dari ibu gw. nah, ternyata sistem "penjagaan" ini juga turun-temurun. jadinya, sepeninggal mamak gw ini, nantinya (mungkin sekarang) tugas itu dah harus diemban oleh "penjaga" berikutnya, yg karena pewaris berikutnya adalah kakak perempuan gw, berarti tugas ini otomatis jatoh ke kakak gw yg laki atau gw, sebagai anak laki-laki. dan karena kakak gw yg laki gak ikut pulang kampung kemaren, gw secara aklamasi dan de facto (walau belom resmi) dipilih untuk itu. that's the first problem. lalu, karena laki-laki di suku gw kebeneran lagi ternyata sedikit, dari dulu gw dan kakak cowo gw dah dinobatkan jadi kandidat salah satu dari 4 petinggi suku. waktu itu kakak gw jadi calon "penghulu", dan gw di bawahnya jadi calon "lubalang" atau calon "pandito". nah, kemaren waktu gw pulkam ini disinggung-singgung lagi nih (sial, gw kira mereka dah pada lupa). nah, disinilah masalah kedua berasal..
kata "ninik-mamak" suku gw ini, biar terorganisasi dan sering pulkam, ternyata.. gw dan kakak gw sebaiknya.. BERISTRI URANG AWAK. ngerti lah ya maksudnya. ah lagi-lagi tipikal nih cerita gw tentang istri-istrian hag2. trus kata mereka gak usah repot, ntar dicariin. hell.. what a kindness they have.. nah, ternyata ditambah karena kakak gw yg laki ini ternyata dah kerja di jakarta dan kepincut sama cewe jakarta yg klean tau lah resikonya bakal susah ntar sering dibawa pulkam, akhirnya gw menjadi the only one. dan gak hanya itu, gw juga dijadiin kandidat grandmaster! sang "datuak rajo mudo"! sang leluhur pembangun nagari! gile aja gw kata, cem gak ada calon laen aja. bisa ancur nagari gw klo gw yg kepilih hag2. bawahan cem "lubalang" ato "pandito" aja dah berat gw, apalagi jabatan legenda itu. balik soal "pencarian istri", ternyata, gilanya lagi, mereka dah punya "stok" yg bakal dicalonin buat gw. antara senang dan gak juga sih. sok laku banget gw. yah gw pastinya bisa lah nolak semua itu, tentang jadi petinggi dan tentang dijodohin (tenang aja para akhwat, gw masih available kok hag2). soalnya mereka bilang kan SEBAIKNYA, walau agak maksa keknya sih hag2. untungnya bukan KEHARUSAN. trus yg bikin kaget, salah satu calon yg mereka sebut ternyata dah lama gw kenal dan kekerabatan yg lumayan deket. guess who, dia itu sepupu jauh gw, anak dari sepupunya bapak gw (tuh bingung dah), yg selama ini gw kira sesuku ternyata gak, sesukunya sama bapak gw. gw tebak sih dia gak tau dan gw rasa gak peduli juga, secara gw juga gak bakal eager untuk kasih tau kok hag2. yah liat nasib gw dolo lah, gimana pekerjaan, gimana pencarian istri yg lain, dan gimana mozaik-mozaik kehidupan gw yg lain.. biarkan Sang Penunjuk Jalan memberikan alternatif jalan-Nya ke gw..
wugh panjang juga yah, makasih bet dah buat yg dah baca, apalagi nyampe sini semuanya hag2. yah itulah sekelumit kisah tentang nagari yg gw banggakan, "palangki". gw rasa wikipedia pun kalah untuk ini hag2. i'm proud to be one amongst them, and amongst my clan, the mighty patopang lado (halah gaya hag2)
wassalamu'alaykum