Tuesday, November 29, 2011

serasa tidak sehati

assalamu'alaykum

baru aja ceting dengan seorang teman, dan tiba-tiba dapet ide tentang perasaan lintas gender yg "resiprok". met baca!

teman yg satu ini nanya ke saya tentang apakah pria itu klo udah mendapatkan seorang wanita, pria jadi merasa nyaman dan aman lah istilahnya, eh malah jadinya nyebelin, ga perhatian, dsb. kata teman saya, mungkin karena pria udah ga dapet tantangan lagi. tantangan disini maksudnya adalah tantangan ketika berusaha dan berjuang untuk mendapatkan wanita tersebut. lalu setelah tujuan berhasil, gitu deh.

hal ini menarik, karena memang klo yg saya lihat, tendensi dari pria adalah berjuang untuk mendapatkan apa yg dia inginkan. dalam kasus saya, lebih ke mimpi-mimpi yg ingin saya capai --gaya--. nah, klo kasus ranah "wanita", karena memang pria seperti itu, hal ini bisa aja terjadi, malah mungkin lumrah. pria melihat wanita juga dapat dikatakan sebagai suatu "objektif" atau "tujuan" yg ingin dicapai, lebih spesifiknya adalah dijadikan pasangan. setelah tujuan tercapai, efek sampingnya berbeda-beda hag2.

sangat berkebalikan dengan wanita, saya melihat tendensi dari wanita adalah mempertahankan apa yg udah dia dapatkan. semakin menarik karena klo dua tendensi lintas gender ini kita gabungkan, hasilnya adalah seperti kasus berikut: 

seorang pria berjuang untuk mendapatkan seorang wanita. setelah wanita itu menerimanya, pria malah kehilangan objektifnya, dan jadi ga perhatian, nyebelin, dsb. kasus terburuk, pria malah berjuang untuk mendapatkan wanita yg lain. tapi wanita yg pertama ga mau hubungan berakhir begitu aja. jadinya panjang deh urusan mereka

very cliche, isn't it? does it rings u a bell? hag2. tapi tetep, itu analisis saya. itu cuma tendensi, jadi ga semua pria dan wanita seperti itu. apalagi dalam kasus saya di jaman saya masih muda dulu --curcol--, tendensi ini malah pernah berkebalikan. jadi ya tetep kembali ke orangnya masing-masing, dan hubungan mereka seperti apa.

kembali ke teman saya, dia jadinya nanya, gimana caranya biar mereka "berimbang". artinya yg saya tangkep adalah biar keduanya saling memiliki bobot "memperhatikan pasangan" yg sama, yg ga berat di satu sisi aja. dalam kasus ini, berarti kan masuk ke kategori kasus yg berat di wanita. jadi gimana solusinya?

menurut saya, "perhatian" itu menerapkan silogisme terbalik. artinya, bila wanita ingin diperhatikan oleh pasangannya, maka dia harus berhenti memerhatikan pasangannya. mungkin bisa berlaku untuk sebaliknya, tapi sebaiknya jangan, karena memang sudah tendensinya pria harus lebih memperhatikan wanita daripada sebaliknya. bila si pria benar-benar serius dengan dirinya, maka pria ga akan berlama-lama mendiamkan si wanita. klo si pria masih acuh juga, harusnya si wanita tau apa yg harus dia lakukan. dump him! simpel kan, hag2. hal ini kurang pas sih buat pasangan nikah. masa jadinya langsung cerai, hag2.

kesimpulannya sih, baik pria maupun wanita jangan sampai kehilangan objektifnya. jadi buat pria, setelah mendapatkan wanita yg udah dia perjuangkan, ya dipertahankeun atuh, dah susah-susah didapetin juga, kok malah dilepas. nah, pastinya ada objektif yg membuat pria mau mempertahankan wanita. objektif inilah yg harus pria cari sendiri, pastinya berhubungan dengan wanita lah. intinya hal apa dari wanita yg worth untuk dipertahankan, hingga akhirnya bisa ke pelaminan, dan hingga akhir usia --ihiiy--.

ya memang ga gampang untuk mencari objektif ini. klo emang udah ga bisa, misalnya tersangkut hal-hal yg fitrahnya lebih penting --curcol--, ya mau gimana, toh jodoh Allah SWT juga yg ngatur, jadi santai aja hag2. untuk wanita, selektiflah dalam memilih pasangan, biar punya objektif lebih juga untuk mempertahankannya nanti. toh dalam hal ini emang harus keduanya saling mempertahankan sih, gitu dah.

yah mungkin itu aja obrolan sotau saya di akhir bulan ini, semoga menghibur masbro dan mbasis yg lagi jomblo, galau, atau ada masalah hag2.

wassalamu'alaykum

Sunday, September 11, 2011

sekilas pandangan tentang mati

assalamu'alaykum

makin lama makin susah nulis / ngeblog. buktinya ya ini, saya baru dapet ide dan kesempatan sekarang ini hag2. makanya saya sangat salut dengan orang yg masih bisa nulis dan tulisannya tetap mantep menginspirasi orang lain walau dia sehari-harinya penuh dengan kesibukan. karena inspirasi tidak mengenal waktu, tempat, dan kesibukan kawan! oke, klo gitu saya juga mau deh, terlebih mumpung ada kesempatan, semoga tulisan ini bisa menginspirasi orang lain, amin! lanjut!

judulnya agak serem yak, ada "matinya". tapi consequently, we have to face that, for sure. yep, kita pasti mati. siap atau tidak kita akan dijemput sama yg namanya mati. mati adalah salah satu hal yg pasti selain ketidakpastian dan jodoh. bahas ketidakpastian ribet, bahas jodoh basi. makanya saya bahas mati. bahas yg pasti-pasti kan lebih jelas toh daripada bahas yg ga pasti? betul tidak? sip. jadi gini, pembahasan ini bermula dari pernyataan orang-orang yg sering saya dengar, mengandung kalimat "klo mati gimana?" dan sejenisnya, dari sebuah konteks kalimat lengkap yg bertema perjalanan misalnya. saya "tertawa" klo ada orang yg mengucap kalimat itu. maaf, bukan menertawakan dalam arti sebenarnya untuk konten kalimatnya, karena insya Allah saya tidak akan meremehkan yg namanya mati. tapi, lebih ke sudut pandang, paradigma, point of view, dari orang yg mengucapkan kalimat tersebut, yg saya rasa dari segi konteks, kalimat itu ga perlu lah. kenapa saya bisa berpandangan seperti itu?

gampangnya gini. toh tadi kita udah sepakat klo mati itu adalah hal yg pasti, oke? oke. nah, karena udah pasti, ngapain ditanyain lagi? iya ga? klo mati mah mati aja, emang udah waktunya. ga bisa kita tolak, ga bisa kita hindarin, ga bisa kita tunda. langsung, saat itu juga. tanpa harus ada kejadian khusus pula. saya contohin, dalam konteks kalimat lengkap yg bertema perjalanan misalnya:

A: saya besok pergi pulang kampung naek motor
B: ga bahaya tuh? klo mati gimana?

noh saya tebelin. udah saya tulis sebelumnya, klo mati ya mati. mau berangkat pake tank atau pesawat tercanggih sekalipun, klo udah waktunya ya tetep, mati juga kita. lanjutannya ya dikubur, syukur-syukur keluarga kita dan orang lain banyak yg sedih, dll. see that urself? ga perlu toh kalimat itu? nah, ini yg saya bilang pandangan atau paradigma yg kurang tepat, yg membuat kata "mati" jadi salah konteksnya atau tempat penggunaannya dari orang-orang. menurut saya lebih pas konteksnya atau lebih tepat sasaran bila kalimatnya seperti ini:

A: saya besok pulang kampung naek motor
B: ga bahaya tuh? klo kecelakaan gimana?

nah, kalimat ini lebih pas karena kita melihat dari segi kecelakaan, yg berkonteks lebih ke minimalisasi resiko, dan efek dari kecelakaan tersebut, misalnya luka atau cacat, yg akan berakibat ke kehidupan setelahnya dari si orang yg mengalami. klo cacat, nanti kerjaannya susah, keluarga juga jadi susah, dll. arahnya ke situ. jadi ga langsung saat itu juga matinya. klo minimalisasi resiko kan hal yg ga pasti, masih dan harus kita usahakan semaksimal mungkin, agar mengurangi efek luka atau cacat tadi. beda banget kan tuh konteksnya. oke-oke? ngerti?

klo sebelumnya saya ngobrolin kalimat yg lebih tepat untuk konteks dari tema tadi, sekarang saya mencoba berpendapat tentang bagaimana kata "mati" diletakkan sehingga konteksnya mungkin lebih tepat untuk tema tadi, yaitu seperti ini:

A: saya besok pergi pulang kampung naek motor
B: ga bahaya tuh? banyak berdoa, izin dan minta maaf sama orang tua, kita ga tau apa yg akan terjadi besok, bisa aja mati.

jadi lebih panjang, mungkin ada yg bilang ga efisien, atau terkesan menggurui. saya rasa ga, karena kalimat nasehat yg baik, benar, dan mendekatkan kita pada ketaqwaan yg cuma sebaris itu dan diucapin ga sampe 5 detik lebih efisien dibanding cuap-cuap berjam-jam yg ga kita masukin hati atau dengerin malah. dan jika ada yg merasa digurui, ga juga, berarti orangnya sombong, ga terima diingetin atau dikasih nasehat. cuma satu kalimat juga toh. sampe sini oke? nah, disini konteksnya tepat karena kata "mati" arahnya kepada apa yg seharusnya kita lakukan atau persiapkan, karena kita ga tau kapan mati akan menjemput kita. jadinya baik karena kita jadi ingat dan melakukan hal yg baik. arahnya ke "before-event", ga seperti kalimat "klo mati gimana" yg arahnya lebih ke "after-event". see?

sebenarnya ga harus konteks tema perjalanan aja sih, ini cuma satu contoh. setiap saat, setiap waktu kita justru harus mempersiapkan diri untuk kematian. kenapa? pake tanya, jelas atuh. mati itu adalah event yg paling surprising buat kita. gimana ga, kita pasti dapet, tapi kita ga tau kapan, dimana, dan sedang apa kita pas dapetnya. surprising banget kan tuh. makanya, Rasulullah SAW mengharuskan kita banyak-banyak mengingat kematian, biar efeknya ke "before-event" tadi, jadinya kita bisa mempersiapkannya dengan mantep. logika sederhananya mah gini deh, namanya hal yg paling surprising buat kita, masa ga kita sambut dengan baik? iye ga? pas acara aja, misalnya nikahan, persiapannya gila-gilaan kita lakukan, tamunya kita sambut dengan baik. gimana tamu yg ini, masa ga? harus lebih kita sambut dong, persiapannya juga harus lebih gila-gilaan lagi, walau bentuk persiapan dan sambutannya beda, tapi semangat dan niatnya harus sama dong, gitu deh.

ah malah jadi sok tau, maaf deh, sekalian mohon maaf lahir batin, saya tahu dan mengakui saya banyak salah ama kalian semua, sapa tau abis nulis ini saya.. --cut--. semua ini cuma humble opinion dari saya. semoga pembaca dapet sedikit pengetahuan --halah--. ga perlu pake ayat atau hadis spesifik, karena toh ternyata dari sisi logika pun cukup jelas harusnya. cuma ingin mengingatkan juga buat diri sendiri, agar lebih meningkatkan kapasitas diri untuk mempersiapkan dan menyambut tamu yg sangat surprising ini. karena, udah ga bisa apa-apa lagi klo kita udah mati. death is our limit, not the sky. makanya, terus bermimpi dan berkarya, cuma mati yg bisa menghentikan kita kawan! dan, tanyakanlah pada diri sendiri, sudah sejauh apakah kita mempersiapkan dan menyambut "tamu" kita ini?

wassalamu'alaykum

Wednesday, May 11, 2011

sebuah keputusan besar [bagian dua]

assalamu'alaykum

akhirnya nulis lagi setelah sekian lama, sebenernya dah lama pengen nulis ini dan banyak yg lainnya, tapi ternyata faktor kuliah, ngajar, nonton pelem, dan hal sok sibuk lainnya membuat gw ga maju2 untuk nulis ini hag2. yaa sekarang saatnya pengakuan dosa lah --apaan sih--.

klo tentang judulnya kenapa bagian dua, ya karena ini ada hubungannya ama bagian yg pertama, silaken diliat lagi. urusan cinta dan hati lagi? ga juga, ini lebih terkait dengan implikasi keduanya terhadap mimpi dan cinta yg lain. ga percaya? silaken dibaca sampe abis --jebakan betmen hag2--. tapi bakal panjang sih keknya, jadi sabar aja.

oke, prolog dulu deh. di bagian pertama itu gw cerita tentang gimana hubungan gw berakhir dengan seseorang, dan mengawali dengan seseorang yg lain. dan saat ini, kondisi yg terjadi intinya adalah, gw melakukan kesalahan yg sama, yaitu lagi-lagi ga bisa me-maintain perasaan. hasilnya pun jadinya sama, gw ga bisa melanjutkannya lebih jauh, seperti harapan gw sebelumnya. pasti pada nanya alasannya. oh ga nanya? kok tetep nerusin baca? ngapain? hag2. nanti gw runut satu-satu alasannya --kok kesannya banyak--. semua alasan gw klise kok, jadi silaken pembaca berpendapat setelah baca semua --lagi-lagi jebakan betmen hag2--.

gw akui, gw emang ga ahli dalam urusan kek gini, sebut aja urusan "bunga" --kayak berita pembunuhan di poskota aja--. i'm bad with people, especially women. klo boleh curcol, gw lahir dari keluarga yg lumayan keras. hasilnya adalah, gw ga bisa mengekspresikan kasih sayang dengan cara yg benar, atau lebih tepatnya dengan cara yg diinginkan oleh wanita kali ya --ga semua wanita juga sih tapi--. i'm truly sorry for that, really sorry. gw ga (belum) bisa ngubah itu. namanya aja bawaan orok, susah. implikasinya adalah, yg gw lakukan jadinya malah membuat perasaan orang jadi marah dan kesel. yg ini gw akui juga, gw jago dalam hal membuat emosi orang meninggi. i was even called flame-master after all hag2. daripada gw melakukan hal-hal yg selalu hanya membuat marah, kesel, dan ga sesuai dengan apa yg diinginkan oleh seseorang, untuk ini gw lebih memilih untuk, i'm out. intinya sih, ternyata gw belum siap untuk urusan "bunga" ini, dan bodohnya gw baru menyadari itu. very cliche, isn't it?

lalu alasan yg kedua. selama ini gw jarang mengikuti saran dari orang tua. kebanyakan masalah pendidikan sih. mulai dari SMP, gw ga mau masuk SMP labsch***, dan lebih memilih untuk "belajar berkelahi" di SMP tawur entah-entah. SMA, gw nolak masuk SMA "Integrated-Circuit" --sebenernya karena otak gw ga mampu juga sih hag2--, walau gw masuk ke SMA yg unggulan juga sih. pas kuliah lebih parah. ortu gw yg sangat mendambakan anaknya jadi dokter, terkena jebakan ujian mandiri yg kebeneran gw lolos jadi tukang koding. ketika udah lulus kuliah pun, ortu pengen gw jadi pegawai, tapi gw maunya punya pegawai --amin!--. dan terakhir masalah jodoh, ortu berharap punya mantu yg begini dan begitu --censored, demi kemashalatan umat--. nah, di satu sisi gw ga nolak, toh jodoh kan dah diatur, pasti "yg itu". tapi kan tetep musyawarah lah, menjunjung tinggi nilai pancasila --apa sih--. dan di satu kesempatan musyawarah tentang jodoh dengan tema "memperjuangkan seseorang", gw sempat agak bersitegang dengan ortu. yaa keluarga keras, wajar lah. saat itu membuat gw berpikir kayak gini, "kok gw malah bikin ortu kesel?", "gw mau membahagiakan mereka tapi kok malah gini?", dan yg terakhir, "se-worth itukah seseorang yg gw perjuangkan hingga kondisinya sampai harus bersitegang kayak gini?". dan gw juga berkesimpulan urusan jodoh ga main-main, kita akan hidup lama bersama dengan pasangan. ga kayak kerjaan yg bisa pindah-pindah dan relatif banyak alternatif. kita harus bener-bener siap mental, spiritual, dan finansial untuk ini. ga ada salahnya untuk dengerin saran ortu dalam hal ini --jadi selama ini ga pernah dengerin ortu? durhaka kau nak! ga segitunya lah--. dan akhirnya, gw memilih jalan tengah, back-off dulu. cukup klise kan?

sekarang alasan yg terakhir. yg ini paling klise. gw punya mimpi, banyak mimpi. tiap orang juga harusnya punya. klo ga mah ngapain hidup? seperti pada tulisan gw disini, gw punya banyak mimpi. a man lives for his dreams and ambitions, not for his love (Monterico, 2011). gw berpikir gw harus fokus pada mimpi prioritas yg penting & mendesak dulu. yaa sebenernya ga harus gitu juga sih, kan bisa bareng-bareng, bisa sambil jalan, bisa multithreading lah istilahnya. tapi ternyata gw ga bisa seperti itu, karena entah kenapa gw merasa orang-orang yg dekat dengan gw kurang mendukung mimpi gw. jadinya, gw harus berusaha lebih keras, yg implikasinya adalah gw membutuhkan fokus lebih untuk mimpi gw yg ini, dan mengurangi fokus gw untuk mimpi yg lain, yaitu yg berkaitan dengan "bunga". sangat egois, dan klise parah. gw sendiri bingung dengan sifat egois dan keras kepalanya gw ini. bawaan lingkungan gw rasa.

yap, itu dia klisenya. sebenernya masih ada satu lagi, tapi kalian semua pasti udah pada muak dengan tiga alesan klise ini aja. ntar muntah klo gw ceritain yg satu lagi. dan pasti banyak yg mikir "apaan sih?", "segitunya ya?", "cuma karena ini?", "egois lo cong!", "brengsek lo cong!", dan lain-lain teman-temannya. silakan aja berpendapat apapun. gw cuma bisa bilang, you don't know anything, what i have gone through --eh bener ga sih tulisannya?--. terjemahannya intinya, makasi udah baca. eh salah, yg bener, kalian ga tau apa2 tentang gw, tentang apa yg telah gw lalui dan gw alami selama ini. walau begitu, terima kasih yg sangat besar gw tujukan untuknya atas segala perasaannya yg telah diberikan kepada gw, i really appreciate that. dan sekali lagi gw minta maaf, untuk dia dan semua orang yg telah gw sakiti hatinya. maaf gw ga bisa menepati janji gw, dan semoga dia mendapat orang yg lebih baik dari gw --standar kata2 klo hubungan berakhir..--.

epilog, ada yg bilang klo gw ga pantes untuk siapapun. mungkin itu bener, untuk saat ini. mulai sekarang gw akan berusaha untuk menjadi orang yg lebih baik, yg nanti pada akhirnya gw akan pantas untuk seseorang, seseorang yg sudah dinasibkan berjodoh dengan gw. klo gw pikir2, sebenernya dari sekarang walau gw belum tau siapa, gw udah kasian sih dengan seseorang itu, dapet jodohnya gw kan hag2. klo seseorang itu kebeneran baca tulisan ini, gw ingin mengucapkan terima kasih, terima kasih karena telah menerima gw hag2. yah segini aja tulisan gw, dah kepanjangan juga, semoga bisa menjadi pencerahan, inspirasi, penjelasan, konfirmasi, verifikasi, validasi, dsb.

"teruslah bermimpi, berusaha, dan bersyukur kawan!"
--Monterico, 2010--

wassalamu'alaykum

Sunday, January 16, 2011

sebuah pilihan antara brengsek atau homo

assalamu'alaykum

klo gw liat2 semakin males gw nge-blog, temen2 gw juga, kenapa ya? gw rasa bukan karena ga jaman lagi, tapi banyak yg lebih menarik dan ga repot, kayak pesbuk, twitter, plurk, ato tumbler. walo gw cuma punya pesbuk sih. yah sudahlah nikmati aja, dan semoga pembaca bisa "menikmati" posting di bawah ini, diambil dari archive ceting y!m bbrp taun yg lalu, cekidot!

--keterangan: M = gw, T = temen gw--
...
T: menurut gw, bener banget tuh kata orang2, ciri cowo jakarta tuh cuma ada 2, klo ga brengsek, ya homo
M: hag2 sindrom "man-hater" abis putus ya neng?
T: hahaha sial lo, iya2 gw abis putus, brengsek soalnya dia. trus baru2 ini ada cowo yg gw suka, eh dianya ternyata melambai gitu, cuih. jadi teori terbukti kan
M: kata temen gw juga kayak gitu tuh, dia anak jakarta juga dulunya
T: tuh kan, nambah lagi statistik orang2 yg berpikiran kayak gitu
M: ah tapi gw ga stuju, klo cuma dua itu, gw ga termasuk dua2nya dong. makanya klo menurut gw perlu ditambah satu lagi
T: ih ngarep banget lo ga termasuk dua2nya, trus satu lagi itu apa?
M: anarkis, pas banget kan tuh. liat aja apa2 ribut, berantem, tawuran, ngerusak barang, ga mau ikut aturan lah intinya
T: hahaha bner juga sih, yaa liat lo yg kayak gitu juga, lo emang lebih pas dicap anarkis sih daripada brengsek ato homo
M: hag2 sial, tapi gapapa deh daripada brengsek ato homo
T: eh tapi klo cuma ada dua pilihan yg brengsek ato homo, lo pilih mana?
M: ugh, pilihan yg sulit.. abstain ada ga? hag2
T: yee ga ada, harus milih satu
M: nggg.. kau aja deh yg milih, gw sendiri ga tau gw harus masuk mana, kan orang lain justru lebih tau kita sifatnya gimana toh
T: klo gw yg milih sih.. lo cocok sih dua2nya hahaha
M: hag2 sial. atas dasar apa tuh gw cocok di keduanya?
T: mmm.. gini, klo yg homo, lo klo gw liat2 lebih seneng maen ama cowo, dan lo ga peduli ama cewe cakep, jadi.. bisa klo lo masuk homo
M: apa-apaan tuh, justru klo maennya ama cewe mulu, brarti kan dia melambai, dia homo, gimana sih
T: eh iya juga sih. tapi yg peduli ama cewe cakep, itu sifatnya golongan brengsek, jadi lo ga bisa masuk brengsek, karena pilihannya cuma dua, karena lo ga bisa masuk brengsek, makanya lo kudu masuk homo hahaha
M: -_-'.. makanya ini dua pilihan ga gw banget dah, hidup anarkis lah
T: eh mana ada bikin pilihan sendiri, ini kan versi gw, jadi tetep cuma dua pilihan
M: iya deh, eh tapi kau bilang td gw cocok masuk dua2nya, yg homo udah, trus yg brengsek kok bisa juga? kau bilang sendiri tadi gw ga bisa masuk brengsek
T: ah, jadi bingung sendiri juga gw hahaha. gini, klo yg gw liat, dari cerita2 yg gw denger juga, lo walo ga brengsek, ada bakat buat jadi brengsek
M: hah? maksud?
T: gw tau lah masa lalu lo dengan cewe2 itu, gw tau lo kayak gimana sama mereka. dan pertamanya gw mikir, "brengsek banget ni orang". sebelum akhirnya gw tau masalah yg sebenernya dan tau alasannya
M: hag2 sial. kok bisa kau mikir gitu? kau bikin gw inget masa lalu aja, udah2 ga usah dibahas, balik ke topik antara brengsek dan homo tadi
T: yee tenang dulu, ini nyambung soalnya. jadi yg bikin lo punya bakat brengsek, ya itu tadi, lo "sok" baik ama semua orang, apalagi cewe
M: ah masa sih? jadi enak dibilang baik, makasi ya hag2. trus maksudnya?
T: ih2 jadi ge-er sendiri, ilfil dah. tuh kan homonya kluar
M: hag2 sial, tapi jadi penasaran gw, lanjut deh
T: nah, karena lo "sok" baik ama semua cewe, lo ga bisa memberi perhatian khusus ato lebih ke satu cewe, lo pengennya tetep "seimbang", jadinya gw rasa hal itu yg membuat simpang siur berita klo lo brengsek
M: oh gitu, kok gw baru tau yah klo ada berita tentang itu ke gw
T: cuma bentar kayaknya hebohnya, karena ternyata banyak yg tau sebenernya, dan untungnya lo termasuk orang yg dianggap baik, jadi pada jelasin gitu deh
M: wew, alhamdulillah gw dianggap baik. eh tapi gw masih ga nyambung kenapa itu jadi bakat gw untuk brengsek
T: ah lemot lo, karena lo ga bisa ngasih perhatian khusus ke SATU CEWE aja, noh gw gedein biar jelas. ditambah pula, lo juga "GA JELAS" gitu kan ama mereka. itu bakat brengsek tau
M: ah asumsi, ga ada dasarnya mah itu. eh tapi bagus dong klo gw gitu, adil kan gw brarti, bisa poligami deh hag2
T: ya ada, otak gw lah dasarnya. tuh kan langsung mikir poligami, apa gw bilang lo tuh ada bakat brengsek hahaha
M: ah semua cowo juga gitu kli
T: lah emang, makanya pilihan cuma ada brengsek ato homo, tinggal persentase yg mana dari bakat yg lo cuma jadi kenyataan di lapangan, klo sekarang berarti lo homo, karena bakat brengsek yg lo punya ga (ato belum?) dimanfaatkan, hahaha
M: hag2 sial, ga mau ah, gw tetep ama pilihan gw, anarkis
T: ya itu kan versi lo, klo versi gw yg cuma dua pilihan, ya lo menurut gw masuk ke golongan homo. ya klo ga terima, halusnya adalah lo prefer ke homo, karena lo ga brengsek. terpaksa gitu deh hahaha
M: hag2, ah klo gitu gw jadi brengsek deh biar ganti golongan, kayaknya enakan jadi brengsek
T: hahaha boleh boleh silakan, tapi awas aja lo brengseknya ama temen2 gw, mati lo
T: eh tapi kayaknya lo susah buat jadi brengsek, soalnya lo ga ganteng hahaha
M: hag2 sial terus aja. eh jadi kepikiran, teori kau salah, harusnya ciri cowo ganteng jakarta yg ada dua, brengsek ato homo, iya toh
T: aih aih betul juga, sampel gw selama ini cowo2 ganteng sih
M: tuh kan, jadi gw ga bisa masuk keduanya, karena gw udah ga masuk syarat ganteng hag2
T: hahaha bisa aja lo ngelesnya. yaudah lo anarkis aja deh, ga mungkin juga cowo ganteng masa anarkis
M: hag2 horee gw terbebas dari brengsek dan homo, hidup anarkis. ih sapa bilang ga ada cowo ganteng yg anarkis
T: kegembiraan yg aneh hahaha. eh tapi ada juga loh cowo ga ganteng yg brengsek ato homo
M: makanya, lebih bener teori gw toh, mencakup semuanya kan jadinya
T: hahaha bisa bisa
M: nah, klo buat cewe jakarta, gw juga punya nih
T: ih apaan tuh, coba gw pengen tau
M: menurut gw, ciri cewe jakarta itu juga cuma 3, klo ga bitchy, tolol, ato egois
T: ih ih mana ada tuh, gw ga termasuk tiga2nya
M: ada, krn kau ga bitchy en pastinya ga tolol, jadi kau termasuk gy ketiga deh terpaksa hag2
...
--dan obrolan ga penting ini pun berlanjut, mungkin kapan2 di-posting juga hag2--

jadi kesimpulannya, gw termasuk golongan anarkis, dan gw bangga dengan itu --sebenernya karena gw juga ga mau masuk golongan brengsek ato homo sih hag2--. no offense bagi yg merasa brengsek, homo, anarkis, ga termasuk ketiganya, ato perpaduannya. it's just opinion, that's all.

wassalamu'alaykum