Sunday, September 11, 2011

sekilas pandangan tentang mati

assalamu'alaykum

makin lama makin susah nulis / ngeblog. buktinya ya ini, saya baru dapet ide dan kesempatan sekarang ini hag2. makanya saya sangat salut dengan orang yg masih bisa nulis dan tulisannya tetap mantep menginspirasi orang lain walau dia sehari-harinya penuh dengan kesibukan. karena inspirasi tidak mengenal waktu, tempat, dan kesibukan kawan! oke, klo gitu saya juga mau deh, terlebih mumpung ada kesempatan, semoga tulisan ini bisa menginspirasi orang lain, amin! lanjut!

judulnya agak serem yak, ada "matinya". tapi consequently, we have to face that, for sure. yep, kita pasti mati. siap atau tidak kita akan dijemput sama yg namanya mati. mati adalah salah satu hal yg pasti selain ketidakpastian dan jodoh. bahas ketidakpastian ribet, bahas jodoh basi. makanya saya bahas mati. bahas yg pasti-pasti kan lebih jelas toh daripada bahas yg ga pasti? betul tidak? sip. jadi gini, pembahasan ini bermula dari pernyataan orang-orang yg sering saya dengar, mengandung kalimat "klo mati gimana?" dan sejenisnya, dari sebuah konteks kalimat lengkap yg bertema perjalanan misalnya. saya "tertawa" klo ada orang yg mengucap kalimat itu. maaf, bukan menertawakan dalam arti sebenarnya untuk konten kalimatnya, karena insya Allah saya tidak akan meremehkan yg namanya mati. tapi, lebih ke sudut pandang, paradigma, point of view, dari orang yg mengucapkan kalimat tersebut, yg saya rasa dari segi konteks, kalimat itu ga perlu lah. kenapa saya bisa berpandangan seperti itu?

gampangnya gini. toh tadi kita udah sepakat klo mati itu adalah hal yg pasti, oke? oke. nah, karena udah pasti, ngapain ditanyain lagi? iya ga? klo mati mah mati aja, emang udah waktunya. ga bisa kita tolak, ga bisa kita hindarin, ga bisa kita tunda. langsung, saat itu juga. tanpa harus ada kejadian khusus pula. saya contohin, dalam konteks kalimat lengkap yg bertema perjalanan misalnya:

A: saya besok pergi pulang kampung naek motor
B: ga bahaya tuh? klo mati gimana?

noh saya tebelin. udah saya tulis sebelumnya, klo mati ya mati. mau berangkat pake tank atau pesawat tercanggih sekalipun, klo udah waktunya ya tetep, mati juga kita. lanjutannya ya dikubur, syukur-syukur keluarga kita dan orang lain banyak yg sedih, dll. see that urself? ga perlu toh kalimat itu? nah, ini yg saya bilang pandangan atau paradigma yg kurang tepat, yg membuat kata "mati" jadi salah konteksnya atau tempat penggunaannya dari orang-orang. menurut saya lebih pas konteksnya atau lebih tepat sasaran bila kalimatnya seperti ini:

A: saya besok pulang kampung naek motor
B: ga bahaya tuh? klo kecelakaan gimana?

nah, kalimat ini lebih pas karena kita melihat dari segi kecelakaan, yg berkonteks lebih ke minimalisasi resiko, dan efek dari kecelakaan tersebut, misalnya luka atau cacat, yg akan berakibat ke kehidupan setelahnya dari si orang yg mengalami. klo cacat, nanti kerjaannya susah, keluarga juga jadi susah, dll. arahnya ke situ. jadi ga langsung saat itu juga matinya. klo minimalisasi resiko kan hal yg ga pasti, masih dan harus kita usahakan semaksimal mungkin, agar mengurangi efek luka atau cacat tadi. beda banget kan tuh konteksnya. oke-oke? ngerti?

klo sebelumnya saya ngobrolin kalimat yg lebih tepat untuk konteks dari tema tadi, sekarang saya mencoba berpendapat tentang bagaimana kata "mati" diletakkan sehingga konteksnya mungkin lebih tepat untuk tema tadi, yaitu seperti ini:

A: saya besok pergi pulang kampung naek motor
B: ga bahaya tuh? banyak berdoa, izin dan minta maaf sama orang tua, kita ga tau apa yg akan terjadi besok, bisa aja mati.

jadi lebih panjang, mungkin ada yg bilang ga efisien, atau terkesan menggurui. saya rasa ga, karena kalimat nasehat yg baik, benar, dan mendekatkan kita pada ketaqwaan yg cuma sebaris itu dan diucapin ga sampe 5 detik lebih efisien dibanding cuap-cuap berjam-jam yg ga kita masukin hati atau dengerin malah. dan jika ada yg merasa digurui, ga juga, berarti orangnya sombong, ga terima diingetin atau dikasih nasehat. cuma satu kalimat juga toh. sampe sini oke? nah, disini konteksnya tepat karena kata "mati" arahnya kepada apa yg seharusnya kita lakukan atau persiapkan, karena kita ga tau kapan mati akan menjemput kita. jadinya baik karena kita jadi ingat dan melakukan hal yg baik. arahnya ke "before-event", ga seperti kalimat "klo mati gimana" yg arahnya lebih ke "after-event". see?

sebenarnya ga harus konteks tema perjalanan aja sih, ini cuma satu contoh. setiap saat, setiap waktu kita justru harus mempersiapkan diri untuk kematian. kenapa? pake tanya, jelas atuh. mati itu adalah event yg paling surprising buat kita. gimana ga, kita pasti dapet, tapi kita ga tau kapan, dimana, dan sedang apa kita pas dapetnya. surprising banget kan tuh. makanya, Rasulullah SAW mengharuskan kita banyak-banyak mengingat kematian, biar efeknya ke "before-event" tadi, jadinya kita bisa mempersiapkannya dengan mantep. logika sederhananya mah gini deh, namanya hal yg paling surprising buat kita, masa ga kita sambut dengan baik? iye ga? pas acara aja, misalnya nikahan, persiapannya gila-gilaan kita lakukan, tamunya kita sambut dengan baik. gimana tamu yg ini, masa ga? harus lebih kita sambut dong, persiapannya juga harus lebih gila-gilaan lagi, walau bentuk persiapan dan sambutannya beda, tapi semangat dan niatnya harus sama dong, gitu deh.

ah malah jadi sok tau, maaf deh, sekalian mohon maaf lahir batin, saya tahu dan mengakui saya banyak salah ama kalian semua, sapa tau abis nulis ini saya.. --cut--. semua ini cuma humble opinion dari saya. semoga pembaca dapet sedikit pengetahuan --halah--. ga perlu pake ayat atau hadis spesifik, karena toh ternyata dari sisi logika pun cukup jelas harusnya. cuma ingin mengingatkan juga buat diri sendiri, agar lebih meningkatkan kapasitas diri untuk mempersiapkan dan menyambut tamu yg sangat surprising ini. karena, udah ga bisa apa-apa lagi klo kita udah mati. death is our limit, not the sky. makanya, terus bermimpi dan berkarya, cuma mati yg bisa menghentikan kita kawan! dan, tanyakanlah pada diri sendiri, sudah sejauh apakah kita mempersiapkan dan menyambut "tamu" kita ini?

wassalamu'alaykum